Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Pelajaran 2023/2024

Days
Hours
Minutes
Seconds

“Kak Jafran, main yuk!”

Bagikan


“Kak Jafran, main yuk!”

“Aduh, sebentar, Din,” jawab Kak Jafran sambil menggendong Miaw, kucing peliharaan mereka. “Kakak mau memandikan Miaw dulu, kutunya banyak sekali.”

Medina merengut. Ia menatap kakaknya yang menghilang menuju kamar mandi. Dari kemarin, Kak Jafran selalu sibuk! Ada saja alasannya setiap kali Din mengajak bermain; mengerjakan pekerjaan rumah, menelpon, atau membuat kerajinan tangan. Padahal biasanya Kak Jafran selalu senang menemaninya bermain. Atau jangan-jangan, Kak Jafran memang sudah tidak mau bermain lagi dengannya?

Medina jadi ingat, sejak masuk SMP, Kak Jafran lebih suka bersama teman-teman barunya. Mereka datang ke rumah dan bermain di kamar Kak Jafran. Setiap kali Medina memasuki kamar, Kak Jafran selalu bilang, “Kami mau mengerjakan tugas. Nanti Medina pasti bosan.”

Medina berjalan marah ke teras depan. Biarlah, kalau begitu. Ia akan bermain sendiri saja!

Kemarahan Medina bertahan sampai siang. Apalagi selesai memandikan Miaw, Kak Jafran malah asyik bertelepon!

“Sebentar ya,” kata Kak Jafran tanpa suara.

Andini pura-pura tidak mendengar.

Bahkan sampai waktunya makan siang, Kak Jafran belum selesai juga!Medina memainkan nasi di piring. Ia menyendok ayamnya dengan malas. Medina memalingkan muka ketika Kak Jafran bergabung di meja makan. Medina juga berpura-pura tidak mendengar ketika Kak Jafran menceritakan tugas sekolahnya yang sulit. Itulah mengapa Adi, sahabatnya, menelpon begitu lama untuk menjelaskan.

“Maaf ya, Medina,” kata Kak Jafran. Ia menatap Dina dengan wajah menyesal. “Habis makan, ya, kita main? Mau main apa?”

Medina membuang muka. “Nggak usah. Habis ini aku mau tidur siang!”

Seketika hening di meja makan. Ayah dan Ibu saling berpandangan.

Tiba-tiba Ibu menjentikkan jari. “Habis ini main petak umpet, yuk! Sudah lama nggak main petak umpet!”

Ayah menyambut usulan itu dengan penuh semangat. Kata Ayah, dulu, hampir setiap sore ia bermain petak umpet di lapangan dekat rumah. Sayangnya, sekarang petak umpet semakin jarang dimainkan karena lapangan yang semakin sempit bahkan hilang.

“Nah, sebenarnya kita bisa kok main petak umpet di dalam rumah. Tentu saja dengan peraturan tertentu,” Ibu berkata penuh rahasia.

Kak Jafran mengangguk semangat.

“Gimana, Din?” tanya Ibu.

Medinam penasaran, namun, ia berpura-pura tidak tertarik. “Ya, bolehlah.”

Ibu tertawa lebar. “Yang jaga pertama, yang makannya selesai paling terakhir.”

Medina terkesiap. Ia menatap piringnya yang masih setengah penuh. “Aduh, Ibuuu…!”

Menurut Ibu, ini petak umpet spesial. Mereka harus bersembunyi di ruangan yang paling mereka sukai masing-masing. Ruangan yang spesial untuk masing-masing mereka. Medina, Kak Jafran, dan Ayah mengangguk tanda mengerti. Permainan pun dimulai. Medina jaga pertama. Ia menutup mata, menghitung satu sampai lima belas. Setelah selesai, Medina mulai melakukan pencarian.

Pertama-tama, Ibu! Selain memasak lauk, Ibu sangat suka berada di dapur untuk membuat camilan. Donat, lemper, cakue … sebut camilan apa saja, Ibu bisa membuatnya.Medina memperhatikan dapur rumahnya yang tak begitu luas. Sepertinya tidak ada tempat untuk bersembunyi di dapur itu. Ibu tidak ada di balik kulkas bahkan di dalam kamar mandi.

“Aneh.”

Bersamaan dengan gumamannya, Medina mendengar suara tawa tertahan dari dalam lemari. Medina berjalan mendekati lemari di bawah kompor. Lemari itu tempat menyimpan alat dan bahan pembersih. Medina melihat isi lemari yang tertumpuk di sudut dapur. Ia pun membuka lemari dan menemukan Ibu duduk meringkuk menahan tawa.

“Ibu kena!”

Pencarian berikutnya adalah Ayah. Ayah pasti ada di ruang keluarga karena ia sangat suka menonton. Medina menatap sekeliling ruang keluarga. Ia menyadari tirai ruangan yang tergulung tidak biasa dengan sepasang kaki tepat di bawahnya. Medina tertawa geli seraya memeluk tirai tersebut, “Ayah kena!”

Sekarang tinggal Kak Jafran. Akhir-akhir ini, Kak Jafran senang membaca, mendengarkan musik, mengerjakan tugas, bahkan bermain dengan temannya di kamar. Medina mencari ke sekeliling kamar. Tidak ada Kak Jafran. Hmmm … ada yang tidak beres! Di mana lagi Kak Jafran akan bersembunyi?

Medina sedang berpikir keras ketika mendengar suara dengkur perlahan dari arah kamarnya. Ia melangkah cepat menuju kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Kak Jafran. Suara dengkur itu berasal dari kolong tempat tidurnya!

Medina tersenyum menatap Kak Jafran yang tertidur pulas. Di sekitar kakaknya, tergeletak buku dan mainan-mainan favorit Medina. Ya, setiap kali Medina merasa takut atau sedih, ia akan bersembunyi di kolong tempat tidur. Biasanya, Kak Jafran yang menemukan lalu menemaninya. Kadang mereka hanya berbaring berpelukan. Kadang Kak Jafran membacakan cerita favoritnya dengan diterangi cahaya senter. Kadang-kadang juga, mereka bermain hewan-hewan plastik kesukaan Medina. Tiba-tiba hati Medina terasa hangat. Amarahnya hilang seketika. Dan tiba-tiba saja, ia merasa lelah. Medina merangkak memasuki kolong, membaringkan diri di sebelah Kak Jafran dan memeluknya. Ia menguap.

“Sekarang Ibu yang cari, ya!” serunya sebelum terlelap.

TAMAT

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *